Ibu entah kenapa jika ingin kutuliskan puisi untukmu, aku selalu saja tak
sanggup. Seakan air mata ini tak dapat ku bendung dari benteng yang sengaja
kubuat agar air mata ini tak membasahi pipi dan terjatuh menghujam bumi, karena
ku tahu aku seorang lelaki.
Sebenarnya ingin ku goreskan tinta pena ku ini dalam secarik kertas putih,
akan kugambarkan engkau “bagai sang surya menyinari dunia” sama seperti lirik
lagu yang dulu sering kita nyanyikan sewaktu aku kecil sambil bertepuk tangan,
tapi ibu aku tetap tak mampu menggambarkan kebesaran dan kasih sayangmu itu,
karena hati dan sayangmu melebihi sang surya yang menyinari dunia.
Ibu betapa bodohnya aku yang tak mampu ciptakanmu sepenggal puisi saja
untukmu, karena aku memang tak tahu hal atau bahkan sesuatu apa yang dapat
kusandingkan dan kubandingkan dengan sosok dirimu.
Ibu tak hanya itu, akupun sakit sangat sakit sekali tatkala pena ini,
kertas putih yang kugenggam ini, otak dan kepala yang ku sentuh dengan jari
telunjuk ini, mata yang menengok ke kanan-kiri yang sedang berusaha mencari
kata-kata yang pas untuk ku siratkan, tenggorokan ini pun menahan sakit, karna
aku tak mau terisak-isak menahan sedih dan tangis, karna aku seorang lelaki
yang tak boleh cengeng, tapi air mata itu selalu ada disaat aku tahu aku belum
bisa buatmu bahagia dan berteriak bangga padaku.
Ibu jika kau membaca tulisan ku ini, ibu jangan menangis juga dilarang
tertawa, jangan seperti aku yang selalu saja ingin menangis saat kuingat
wajahmu, meski semua itu hanya sebatas sketsa dimata dan sekilas terlintas di
otak saja.
Ibu, akan mulai ku coba beberapa kata untukmu, mungkin kata-kata sederhana
dan mungkin semua orang pun bisa membuatnya bahkan anak TK pun bisa! mungkin
lebih bagus daripada buatanku, yang berbeda adalah ini dari hatiku, dari
ketulusan ku yang menyayangimu, hal mudah namun sulit ku ucap di dekat
telingamu ibu…. aku mohon ibu jangan kecewa karena terlalu bodoh bagiku untuk
membandingkanmu dengan apapun bahkan alam semesta.
Ibu semua detik2 saat engkau menghadapi sakaratul mautmu aku merasakan hampa
udara pada rongga dadaku yang begitu
sangat menyiksa pernafasanku namun, ibu malam terakhirmu ada di dunia masih
membekas dalam jiwa dan hatiku
Ibu seumur hidupku hanya 1 bulan sembah baktiku padamu saat merawatmu dikala engkau terkulai tak berdaya... saat ku teringat memandikanmu "mengajakmu sholat dan menyuapi makan untukmu aku ingat semuanya
Ibu tangisanku sampai saat ini masih tak bisa terbendung dikala mengingatmu
dalam segala kebaikan dan kasih sayangmu
Ibu hanya doa dan baktiku yang bisa ku sampaikan semoga engkau disana
melihatku dan menyertai dalam segala perjalananku menghadapi kehidupan dunia
yang tinggal sisa2 dan massa
Ibu selamat jalan semoga barzahmu selalu terang dan gemerlap dengan doa2
yang ku panjatkan ibu sembah baktiku hanya untukmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar